NASIONAL

Komnas KIPI: Tak Ada Efek Samping TTS Vaksin AstraZeneca di Indonesia

"Kalau sekarang terjadi, ya, kemungkinan besar terjadi karena penyebab lain, bukan karena vaksin."

Ardhi Ridwansyah

Kasus covid meningkat
Ilustrasi penyuntikan vaksin COVID-19. (Foto: ANTARA)

KBR, Jakarta - Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) menyatakan tak ada efek samping yang disebabkan vaksin COVID-19 AstraZeneca di Indonesia.

Raksasa farmasi tersebut sebelumnya mengakui vaksin COVID-19 buatannya dapat menyebabkan TTS atau Thrombosis with Thrombocytopenia Syndrome.

TTS adalah masalah kesehatan yang menyebabkan penderita mengalami pembekuan darah serta jumlah trombosit darah rendah.

Ketua Komnas PP KIPI Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan, lembaganya sudah melakukan surveilans aktif dan pasif.

"Bukan hanya TTS saja ya, beberapa vaksin kan dihebohkan dengan penyakit-penyakit lain. Nah itu kami ikuti selama satu tahun lebih, karena satu tahun datanya kayaknya kok kelihatannya ada, ternyata enggak ada. Jadi kami tambah beberapa bulan ternyata enggak ada," ucap Hinky kepada KBR, Jumat (3/5/2024).

"Dari laporan yang kami cari dan laporan yang diberikan sampai saat masa surveilans aktif dilakukan, tidak ada TTS. Kemudian setelah surveilans aktif itu selesai kan masih berjalan surveilans pasif sampai hari ini, enggak ada TTS," jelasnya.

Hinky mengatakan, surveilans dilakukan sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO). Surveilans aktif dilakukan terhadap berbagai macam gejala atau penyakit yang dicurigai ada keterkaitan dengan vaksin COVID-19, termasuk TTS.

Survei dilakukan di 14 rumah sakit di 7 provinsi yang memenuhi kriteria selama lebih dari satu tahun. Surveilans aktif itu dilakukan dari Maret 2021 sampai Juli 2022.

"Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) bila ditemukan penyakit atau gejala antara 4 sampai 42 hari setelah vaksin disuntikkan. Kalaupun saat ini ditemukan kasus TTS di Indonesia, ya pasti bukan karena vaksin COVID-19 karena sudah lewat rentang waktu kejadianya," jelasnya.

Hinky mengatakan, TTS merupakan penyakit yang menyebabkan penderita mengalami pembekuan darah serta trombosit darah yang rendah. Kasusnya sangat jarang terjadi di masyarakat, tapi bisa menyebabkan gejala yang serius.

"Namanya trombosis, pembuluh darah membeku. Kalau terjadi di otak muncul gejala pusing, di saluran cerna mual, di kaki pegel. Kalau jumlah trombositnya menurun, ada perdarahan, biru-biru di tempat suntikan, ya, itu terjadi, tapi 4-42 hari setelah vaksin. Kalau sekarang terjadi, ya, kemungkinan besar terjadi karena penyebab lain, bukan karena vaksin," tuturnya.

Indonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19. Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca juga:

Editor: Wahyu S.

  • Kemenkes
  • Penanganan Covid-19
  • lonjakan covid-19
  • COVID-19
  • astrazeneca

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!